Laman
▼
Friday, December 28, 2012
Dha2nk 4all: FL Studio 10 full
Dha2nk 4all: FL Studio 10 full: 219.13 MB FL Studio merupakan salah satu workstation yang cukup lengkap juga. Bagi sebagian temen2 pasti sudah kenal dengan software ini. N...
Software For Computer: Software Untuk Membuat Musik Digital Hydrogen 0.9....
Software For Computer: Software Untuk Membuat Musik Digital Hydrogen 0.9....: Hydrogen 0.9.6 Alpha 1 -Musik mau pun lagu menjadi pemicu banyak hal untuk orang berlomba-lomba menghasilkan karya yang baik. Mulai dari pe...
Tuesday, December 25, 2012
Rudy Pujihanto Ardissa: Program BK SMP NU 09
Rudy Pujihanto Ardissa: Program BK SMP NU 09: Program BK SMP NU 09 Bagi yang membutuhkan program BK untu SMP silahkan boleh download link berikut, free alias gratis Kelas 9 : Program ...
Thursday, December 20, 2012
Tuesday, December 18, 2012
Thursday, December 13, 2012
KUMPULAN MAKALAH: Konseling Pada Anak
KUMPULAN MAKALAH: Konseling Pada Anak: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia mengenal fase-fase yang dilalui oleh setiap manusia, mulai da...
Thursday, November 22, 2012
Kata Bijak HAri ini
Contoh yang baik adalah nasehat terbaik. ~ Fuller
Jika kita melayani, maka hidup akan lebih berarti. ~ John Gardne
Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk
berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak
akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun. ~ Bung Karno
Kita semua hidup dalam ketegangan, dari waktu ke waktu, serta dari
hari ke hari; dengan kata lain, kita adalah pahlawan dari cerita kita
sendiri. ~ Mary McCarthy
Apa yang nampak sebagai suatu kemurahan hati, sering sebenarnya tiada
lain daripada ambisi yang terselubung, yang mengabaikan
kepentingan-kepentingan kecil untuk mengejar kepentingan- kepentingan
yang lebih besar. ~ La Roucefoucauld
Semua yang dimulai dengan rasa marah, akan berakhir dengan rasa malu. ~ Benjamin Franklin
Hati yang penuh syukur, bukan saja merupakan kebajikan yang terbesar,
melainkan merupakan pula induk segala kebajikan yang lain. ~ Cicero
Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan
yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk melakukan dalam suatu
cara yang berbeda. ~ Dale Carnegie
Istilah tidak ada waktu, jarang sekali merupakan alasan yang jujur,
karena pada dasarnya kita semuanya memiliki waktu 24 jam yang sama
setiap harinya. Yang perlu ditingkatkan ialah membagi waktu dengan lebih
cermat. ~ George Downing
Ancaman nyata sebenarnya bukan pada saat komputer mulai bisa berpikir
seperti manusia, tetapi ketika manusia mulai berpikir seperti komputer.
~ Sydney Harris
Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai
sekarang, tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak
diketahui, dan Anda tak akan mengetahui masa depan jika Anda
menunggu-nunggu. ~ William Feather
Dalam masalah hati nurani, pikiran pertamalah yang terbaik. Dalam
masalah kebijaksanaan, pemikiran terakhirlah yang paling baik. ~ Robert
Hall
Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama
untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri. ~ Martin Vanbee
Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka
terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka
bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi. ~
Ernest Newman
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan
hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah
mereka menyukainya atau tidak. ~ Aldus Huxley
Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki,
tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai. ~ Schopenhauer
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan
bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang
teguh. ~ Andrew Jackson
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru
yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. ~ Evelyn
Underhill
Perbuatan-perbuatan salah adalah biasa bagi manusia, tetapi perbuatan
pura-pura itulah sebenarnya yang menimbulkan permusuhan dan
pengkhianatan. ~ Johan Wolfgang Goethe
Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesangsian.
Tetapi, jika orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah
keyakinan. ~ Sir Francis Bacon
Karena manusia cinta akan dirinya, tersembunyilah baginya aib
dirinya; tidak kelihatan olehnya walaupun nyata. Kecil di pandangnya
walaupun bagaimana besarnya. ~ Jalinus At Thabib
Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putus-nya
dipukul ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia
menenteramkan amarah ombak dan gelombang itu. ~ Marcus Aurelius
Kita melihat kebahagiaan itu seperti pelangi, tidak pernah berada di
atas kepala kita sendiri, tetapi selalu berada di atas kepala orang
lain. ~ Thomas Hardy
Kaca, porselen dan nama baik, adalah sesuatu yang gampang sekali
pecah, dan tak akan dapat direkatkan kembali tanpa meninggalkan bekas
yang nampak. ~ Benjamin Franklin
Keramah-tamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan
dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi
menciptakan kasih. ~ Lao Tse
Rahmat sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan
dan kekecewaan; tetapi kalau kita sabar, kita segera akan melihat bentuk
aslinya. ~ Joseph Addison
Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah perbuatan-perbuatan
baiknya dan kasihnya yang tidak diketahui orang lain. ~ William
Wordsworth
Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita
juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah. ~ Kahlil
Gibran
Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan,
selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya. ~ Alexander Pope
Teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh hati anda. ~ Heather Pryor
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak
menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka
menyerah. ~ Thomas Alva Edison
Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan saya percaya pada diri saya sendiri. ~ Muhammad Ali
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. ~ Confusius
Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa
bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis dan pada kematianmu
semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum. ~
Mahatma Gandhi
Dia yang menciptakan mata nyamuk adalah Dzat yang menciptakan matahari. ~ Bediuzzaman Said Nursi
Penderitaan jiwa mengarahkan keburukan. Putus asa adalah sumber
kesesatan; dan kegelapan hati, pangkal penderitaan jiwa. ~ Bediuzzaman
Said Nursi
Kebersamaan dalam suatu masyarakat menghasilkan ketenangan dalam
segala kegiatan masyarakat itu, sedangkan saling bermusuhan menyebabkan
seluruh kegiatan itu mandeg. ~ Bediuzzaman Said Nursi
Menghidupkan kembali agama berarti menghidupkan suatu bangsa. Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan. ~ Bediuzzaman Said Nursi
Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki
pikiran yang baik. Dan seseorang yang memiliki pikiran yang baik
mendapatkan kenikmatan dari hidup. ~ Bediuzzaman Said Nursi
Pengetahuan tidaklah cukup, maka kita harus mengamalkannya. Niat
tidaklah cukup, maka kita harus melakukannya. ~ Johann Wolfgang von
Goethe
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. ~ Johann Wolfgang von Goethe
Kearifan ditemukan hanya dalam kebenaran. ~ Johann Wolfgang von Goethe
Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang. ~ Einstein
Perdamaian tidak dapat dijaga dengan kekuatan. Hal itu hanya dapat diraih dengan pengertian. ~ Einstein
Agama sejati adalah hidup yang sesungguhnya – hidup dengan seluruh
jiwa seseorang, dengan seluruh kebaikan dan kebajikan seseorang. ~
Einstein
Dua hal yang membangkitkan ketakjuban saya : langit bertaburkan
bintang di atas dan alam semesta yang penuh hikmah di dalamnya. ~
Einstein
Apa yang saya saksikan di Alam adalah sebuah tatanan agung yang tidak
dapat kita pahami dengan sangat tidak menyeluruh, dan hal itu sudah
semestinya menjadikan seseorang yang senantiasa berpikir dilingkupi
perasaan rendah hati. ~ Einstein
Sungguh sedikit mereka yang melihat dengan mata mereka sendiri dan merasakan dengan hati mereka sendiri. ~ Einstein
Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna. ~ Einstein
Tuesday, November 20, 2012
Sunday, November 18, 2012
Fenomena Goyang Itik
Era dangdutan seolah memudar, tenggelam oleh demam boyband, musik
Korea dan euforia kembalinya Ariel Noah di peta musik Indonesia (setelah
2,5 tahun meringkuk di penjara).
Tapi di tengah surutnya pamor
dangdut, ada penyanyi yang berusaha mengorbitkan trend goyang baru
bernama Goyang Itik. Adalah penyanyi dangdut Siska yang berusaha
memopulerkan goyangan baru itu.
Ia seolah mencari peruntungan
untuk menyaingi Goyang Ngebor yang pernah dipopulerkan Inul Daratista,
atau Goyang Patah Patah oleh Annisa Bahar, atau juga Goyang Gergaji
milik Dewi Perssik dan lusinan goyangan aneh-aneh lainnya.
Berhasilkan Siska memopulerkan Goyang Itik di tengah surutnya pamor dangdut?
Cinta Budaya Indonesia: Menanamkan Cinta Budaya Indonesia sejak Dini...
Cinta Budaya Indonesia: Menanamkan Cinta Budaya Indonesia sejak Dini...: Menanamkan Cinta Budaya Indonesia sejak Dini Sejak dahulu kala bangsa Indonesia terkenal dengan bangsa yang ramah ...
Direksi Cinta: 15 Fakta Seputar Remaja Masa Kini
Direksi Cinta: 15 Fakta Seputar Remaja Masa Kini: 15 Fakta Seputar Remaja Masa Kini Remaja Indonesia jaman sekarang emang udah pada aneh bin nyeleneh. Coba aja bandingkan dengan rem...
Lingkungan Anda, Mencerminkan Harga Anda
Ada
tiga kaleng softdrink, ketiga kaleng tersebut di produksi disatu
pabrik. Ketika tiba harinya, sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut
kaleng-kaleng softdrink dan menuju ke tempat berbeda untuk
pendistribusian.
Pemberhentian pertama adalah Supermarket Lokal.
Kaleng softdrink pertama diturunkan disini, kaleng itu dipajang dirak
bersama dengaan kaleng softdrink lainnya yang diberi harga Rp.4000
Pemberhentian kedua adalah Pusat Perbelanjaan Besar, disana, kaleng kedua diturunkan. ditempatkan didalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp.7.500
Pemberhentian terakhir adalah Hotel bintang 5 Mewah.
Kaleng diturunkan disana. Kaleng ini tidak ditempatkan di rak atau
didalam kulkas, kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari
pelanggan. Dan ketika ada yang pesan, kaleng ini dikeluarkan bersama
dengan gelas kristal berisi batu es, semua disajikan di atas baki dan
pelayan hotel akan membuka kaleng softdrink itu, menuangkan ke dalam
gelas dan dengan sangat sopan menyajikan ke pelanggan dan harganya Rp.45.000
Pertanyaannya
adalah : Kenapa ketiga kaleng softdrink tsb memiliki harga yang berbeda
padahal di produksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang
sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama?
Jawabannya adalah
Lingkungan anda, mencerminkan harga anda, lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP,
apabila anda berada dilingkungan yang bisa mengeluarkan terbaik dari
diri anda, maka anda akan menjadi cemerlang, tapi bila anda berada di
lingkungan yang meng-kerdil-kan diri anda, maka anda akan menjadi
kerdil.
Orang yang sama, bakat yang sama , kemampuan yang sama, lingkungan yang berbeda = NILAI YANG BERBEDA
SELAMAT MENJADI "softdrink" yang terbaik.
Teruntuk Buah hatiku
Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula.
Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap aku.
Ketika pakaianku terciprat makanan, ketika aku lupa bagaimana memakai sandal,
ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarimu.
Ketika
aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau
dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.
Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu kali kuceritakan kepadamu.
Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.
Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?
Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tekhnologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku.
Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa” darimu.
Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku.
Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.
Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat.
Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.
Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan.
Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku.
Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur
Dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu anak-anakku.
Untuk Saudara-Saudaraku
Saudaraku…maafkan aku…
Jika lisanku tak dapat menjawab pertanyaamu
Jika lisanku tak memberi nasehat
Dan tak dapat mengingatkanmu
Karena aku lebih sering menanyaimu
Karena aku lebih sering meminta nasehatmu
Dan akulah orang yang perlu lebih sering diingatkan
Saudaraku…maafkan aku…
Jika tanganku tak dapat menolongmu
Karena aku lebih sering meminta tolong kepadamu
Maafkan aku…
Jika telinga ini jarang mendengarmu
Karena aku lebih sering berkeluh kesah kepadamu
Saudaraku…maafkan aku…
Jika aku jarang memikirkanmu
Karena aku lebih sering mengganggumu
Dengan masalah-masalahku
Saudaraku....
Setelah kau menemukan pendampingmu
Setelah kau memiliki jundi jundi kecilmu
Bahkan saat saat senja menyelimutimu
Ukhuwah cinta kita kan tetap utuh bersamamu
Saudaraku...
Entah bagaimana ku berterima kasih
Tapi ku tahu pasti
Dia akan mengganti kebaikanmu
Dengan sesuatu yang lebih indah
Yang bahkan tak pernah kau bayangkan
Renungan Kita
Ketahuilah
saudaraku nilai diri kita tidaklah timbul dari apa yang kita sandang,
atau apapun yang kita dapat. Nilai diri kita, sesungguhnya dinilai dari
akhlak dan perangai kita.
Mari sejenak merenung akan diri kita, sudahkah tubuh ini bermanfaat atau malah justru sebaliknya.
1.Lihatlah kepala kita!
Apakah
ia sudah kita tundukkan, rukukkan dan sujudkan dengan segenap
kepasrahan seorang hamba fana tiada daya di hadapan Allah Yang Maha
Perkasa, atau ia tetap tengadah dengan segenap keangkuhan, kecongkakan
dan kesombongan seorang manusia di dalam pikirannya?
2. Lihatlah mata kita!
Apakah
ia sudah kita gunakan untuk menatap keindahan dan keagungan
ciptaan-ciptaan Allah Yang Maha Kuasa, atau kita gunakan untuk melihat
segala pemandangan dan kemaksiatan yang dilarang?
3. Lihatlah telinga Kita!
Apakah
ia sudah kita gunakan untuk mendengarkan suara adzan, bacaan Al Qur’an
dan seruan-seruan kebaikan, atau kita gunakan buat mendengarkan
suara-suara yang sia-sia tiada bermakna?
4. Lihatlah hidung Kita!
Apakah
sudah kita gunakan untuk mencium sajadah yang terhampar di tempat
sholat, mencium istri, suami dan anak-anak tercinta serta mencium kepala
anak-anak papa yang kehilangan cinta bunda dan ayahnya?
5. Lihatlah mulut kita!
Apakah
sudah kita gunakan untuk mengatakan kebenaran dan kebaikan,
nasehat-nasehat bermanfaat serta kata-kata bermakna atau kita gunakan
untuk mengatakan kata-kata tak berguna dan berbisa, mengeluarkan
tahafaul lisan (penyakit lisan); berghibah, memfitnah, mengadu domba,
berdusta bahkan menyakiti hati sesama?
6. Lihatlah tangan Kita!
Apakah
sudah kita gunakan buat bersedekah, membantu sesama, mencipta
karya-karya yang berguna atau kita gunakan untuk mencuri, korupsi,
menzalimi orang lain serta merampas hak-hak serta harta-harta orang yang
tak berdaya?
7. Lihatlah kaki Kita!
Apakah
sudah kita gunakan untuk melangkah ke tempat ibadah, ke tempat menuntut
ilmu bermutu, ke tempat-tempat pengajian yang kian mendekatkan perasaan
kepada Allah Yang Maha Penyayang atau kita gunakan untuk melangkah ke
tempat maksiat dan kejahatan?
8. Lihatlah dada Kita!
Apakah
di dalamnya tersimpan perasaan yang lapang, sabar, tawakal dan
keikhlasan serta perasaan selalu bersyukur kepada Allah Yang Maha
Bijaksana, atau di dalamnya tertanam ladang jiwa yang tumbuh subur
daun-daun takabur, biji-biji bakhil, benih iri hati dan dengki serta
pepohonan berbuah riya?
9. Lihatlah diri kita!
Apakah
kita sering tadabur(merenung), Tafakur(berserah diri) dan selalu
bersyukur pada karunia yang kita terima dari Allah Yang Maha Perkasa?
Hanya kita yang tahu dan yang bisa mengukur sejauh mana kita memanfaatkan apa yang kita miliki.
Wallahu a'lam bi showab.
Semoga bermanfaat.
Hidup Dalam Sekeranjang Kotak
Hidup
manusia seperti sekumpulan kotak yang ada dalam sebuah keranjang.
Setiap kotak mewakili seseorang dalam kehidupan kita. Setiap kotak juga
mewakili rasa yang kita rasakan pada seseorang dalam hidup kita. Setiap
kotak juga mewakili sebuah ataupun sekumpulan pengalaman yang kita alami
atau rasakan terhadap seseorang dalam hidup kita. Semakin bertambah
usia kita, semakin banyak jumlah kotak tersebut.
Rasa
yang ada dalam kotak-kotak tersebut boleh jadi dalam bentuk kebencian,
kerinduan, dendam, cinta, kesepian, kegalauan, kasih sayang,
persahabatan, dan banyak lagi yang mencerminkan rasa.
Seseorang
yang ada dalam kotak-kotak tersebut adalah seseorang yang mengesankan
bagi hidup kita, walau itu tidak mengenal istilah ruang dan waktu, maya
atau realita, dan impian atau kenyataan. Seseorang itu bisa jadi adalah
kamu, dia, mereka, kita, kami, si A, si B, dan Si... yang lain.
Pengalaman
yang ada dalam kotak-kotak tersebut adalah pengalaman yang tersimpan
dalam memori kita yang kita alami, rasakan, lakukan sebagai reaksi atas
sikap orang lain. Pengalaman itu bisa pahit, manis, asem, asin, tawar,
ataupun yang lain.
Semua menjadi satu, tersimpan dalam keranjang kehidupan kita.
Setiap
hari kita boleh jadi mengisi sebuah kotak dengan rasa yang sama kepada
seseorang yang sama dengan pengalaman yang berbeda, boleh jadi
berbunga-bunga, sedih, sakit hati, rindu, cinta dan sebagainya. Kita isi
dan terus kita isi dengan pengalaman dan persepsi kita.
Boleh
jadi pula setiap hari kita mengambil kotak yang kosong yang belum
terisi, sebab stok kotak kosong juga tak terbatas dalam keranjang
tersebut. Kita isi kotak kosong tersebut dengan orang yang baru, kekasih
yang baru, teman yang baru, kenalan yang baru, dan tentunya dengan
pengalaman dan rasa yang baru pula.
Itulah
dinamika kehidupan, kita mengisi dan mengisi kotak yang baru. Dinamika
itulah yang menyebabkan kita terus berubah seiring adanya perubahan
persepsi kita terhadap sesuatu , seseorang ataupun rasa yang baru.
Inilah hidup yang terus berubah. Sebab PERUBAHAN ITU PASTI SAMPAI KITA MATI.
Yang
menjadi masalah adalah disaat kita sendirian dan kesepian. Yang kita
lakukan adalah kita mengambil sebuah kotak dari keranjang kehidupan
kita, dimana disitu terdapat seseorang atau sesuatu yang kita rindu.
Kita buka penutupnya, kita lihat isinya, dan kita amati isinya.
Terkadang dengan melihat itu kita tersenyum sendiri, menangis sendiri,
terluka sendiri dan juga mungkin meratap sendiri. Dengan itu pula
bahagia kita makin bertambah, kerinduan makin meningkat, dan juga
terkadang luka makin menganga. Itu semua tergantung kepada sisi mana
yang mau kita lihat. Jika sisi yang menyakitkan maka luka makin
menganga. Jika sisi yang membahagiakan maka kerinduan yang makin
mendalam. Itu semua tergantung kita, dan KITALAH YANG MENGIJINKAN KITA UNTUK MENJADI SEPERTI APA YANG KITA MAU.
Jika kita mau terluka maka sisi penderitaan dan kesakithatian kita yang
kita lihat. Jika kita mau berbahagia, maka sisi kebahagiaanlah yang
kita amati. Kita dapat menjadi seperti apa yang kita mau dengan kotak
kita tersebut.
Terkadang
dengan melihat isi kotak tersebut, kita menambahkan dengan bunga-bunga
impian dan khayalan. Walaupun isi kotak tersebut jelas tidak ada impian
itu, sebab isinya adalah pengalaman dan bukan impian. Namun sudah
nalurinya manusialah yang menambahkan impian dan khayalan di saat
melihat isi kotak itu. Kita berkhayal hidup berbahagia dengan seseorang
seperti apapun yang kita mau. Kita melukis langit dengan
keindahan-keindahan bersama seseorang dengan corak lukisan, ragam warna
dan sketsa apapun yang kita mau. Sebab yang masih bebas di dunia ini
hanyalah khayalan dan impian. Lain itu semua terikat oleh ruang dan
waktu, oleh aturan dan tata krama dan oleh moralitas.
Saat
kita melihat isi sebuah kotak, itu juga mencerminkan ketulusan dalam
hati kita. Jika kita tulus, maka sisi baiklah yang kita lihat dan sisi
buruk kita acuhkan. Dengan ketulusan itu, kita akan memandang dunia ini
begitu indah walaupun terdapat luka menganga namun tersimpan dengan
rapinya tanpa pernah dilihat. Inilah setulus-tulusnya hati dimana hanya
hati ini dan Allah-lah yang tahu sisi buruk yang ada dalam kotak
ternyata kita abaikan dan kesampingkan. Kita tidak melihat sisi buruk,
yang kita lihat hanyalah sisi baik. Sehingga begitu kita keluar dari
zona khayalan dan impian, dan kita bertemu dengan seseorang yang pernah
menyakiti kita, yang kita ingat hanyalah bahwa dia pernah membahagiakan
kita dan dengan begitu, kita ingin mengisi sebuah kotak yang berisi dia
dengan kebahagiaan-kebahagiaan yang baru.
TERNYATA KETULUSAN HATI MAMPU MEMBUAT DUNIA INI MENJADI INDAH.
Semoga bermanfaat.
Aku Hanya Ingin Mencintai, Bukan Melukai
Mencintai
adalah mengambil risiko tak dicintai kembali. Mencintai tanpa harus
memiliki? Mungkin hanya ada dalam dongeng. Setiap cinta, sedikit atau
banyak, akan meminta kembali, meskipun hanya berupa senyuman bahwa dia
cukup bahagia disajikan cinta walaupun tak punya cinta untuk membalas.
Mencintai
diam-diam adalah sebuah keharusan menyiapkan diri mendapat balasan
cinta diam-diam pula, atau penolakan diam-diam juga.
Semua
orang hanya ingin mencintai dan dicintai. Namun mana yang harus
didahulukan? Mencintai atau dicintai. Beberapa orang mencintai dan
berharap dicintai, beberapa lainnya hanya akan mencintai jika ia
dicintai terlebih dahulu. Ada persamaan hasil antara kedua hal tersebut,
yaitu luka.
Pengharapan selalu berbanding lurus dengan kemungkinan kekecewaan yang didapat. Semakin kita berharap, maka semakin besar kemungkinan kita akan kecewa.
Mencintai
seperti menggenggam seekor burung. Jika kita menggenggamnya terlalu
erat, maka akan mati. Namun jika menggenggamnya terlalu longgar, dia
akan pergi. Jika kita melakukan salah satu dari kedua hal tersebut,
tetap hasil akhirnya adalah luka. Di hati kita, atau hatinya.
Pilih
mana? Aku selalu benci pilihan, tapi lebih benci lagi jika tidak punya
pilihan sama sekali. Ada kalanya ketika kita hanya ingin mencintai, kita
hanya berakhir dengan melukai.
Jika
Anda berpendapat lebih baik dilukai, karena ketika Anda dilukai Anda
selalu punya objek untuk disalahkan, dimaki-maki. Apa bedanya dengan
melukai? Melukai orang lain, apalagi orang yang kita sayangi, hanya
menyisakan diri kita sendiri untuk disalahkan. Selamanya, kita hanya
bisa menyalahkan diri sendiri.
“Anda hanya bisa melihat diri Anda hancur di depan bayangan Anda sendiri.“
Aku hanya ingin mencintai, bukan melukai.
Semoga bermanfaat.
Lalui Jangan Pernah Berhenti
Ada
kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit
tiba-tiba gelap. “Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba
gelap?” ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya. Sang ibu
menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.
“Anakku,”
ucap sang induk kemudian. “Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru,
itu tanda baik.” jelas induk katak sambil terus membelai. Dan anak katak
itu pun mulai tenang.
Namun,
ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang.
Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan. Pepohonan
meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan
buat si katak kecil. “Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita
tunggu-tunggu?” tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh
induknya.
“Anakku.
Itu hanya angin,” ucap sang induk tak terpengaruh keadaan. “Itu juga
pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!” tambahnya begitu
menenangkan. Dan anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati
tiupan angin kencang yang tampak menakutkan.
“Blarrr!!!”
suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan
suasana begitu menakutkan. Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang
apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya.
Tapi juga gemetar. “Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!” ucapnya
sambil terus memejamkan mata.
“Sabar,
anakku!” ucapnya sambil terus membelai. “Itu cuma petir. Itu tanda
ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangi
tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak
lama lagi datang,” ungkap sang induk katak begitu tenang.
Anak
katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba mendongak,
memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan
sambaran petir yang begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia berteriak kencang,
“Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!”
Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.
Saat
itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan.
Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin
yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal,
itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.
Benar
apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan sembunyi
dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu, Insya
Allah, akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi,
bersama kesukaran ada kemudahan.
Semoga bermanfaat.
Orang Yg Paling Kaya
Siapakah orang yang paling kaya di dunia saat ini?
“Yang punya perusahaan Microsoft; Bill Gates!”
Mungkin inilah jawaban yang terlontar, andaikan salah seorang dari kita
dihadapkan pada pertanyaan di atas. Atau bisa jadi jawabannya, “Pemain
bola anu!” atau “Artis itu!”
Berbagai
jawaban di atas barangkali akan sangat dianggap wajar karena barometer
kekayaan di benak kebanyakan orang saat ini diukur dengan kekayaan harta
duniawi. Padahal, jika menggunakan barometer syariat, bukan merupakan
hal yang mustahil bahwa kita pun amat berpeluang untuk menjadi kandidat
orang paling “kaya”!
Orang paling kaya di mata syariat
Orang paling kaya, jika diukur dengan timbangan syariat, adalah: orang yang paling nrimo.
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan,
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kekayaan
tidaklah diukur dengan banyaknya harta, namun kekayaan yang hakiki
adalah kekayaan hati.” (HR. Bukhari dan Muslim; dari Abu Hurairah)
Kaya
hati, atau sering diistilahkan dengan “qana’ah“, artinya adalah ‘nrimo
(menerima) dan rela dengan berapa pun yang diberikan oleh Allah Ta’ala.
Berapa
pun rezeki yang didapatkan, dia tidak mengeluh. Mendapat rezeki banyak,
bersyukur; mendapat rezeki sedikit, bersabar dan tidak mengumpat.
Andaikan
kita telah bisa mengamalkan hal di atas, saat itulah kita bisa memiliki
kans besar untuk menjadi orang terkaya di dunia. Ujung-ujungnya,
keberuntunganlah yang menanti kita, sebagaimana janji Sang Musthafa
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
“Beruntunglah
orang yang berislam, dikaruniai rezeki yang cukup, dan dia dijadikan
menerima apa pun yang dikaruniakan Allah (kepadanya).” (HR. Muslim; dari
Abdullah bin ‘Amr)
Berdasarkan
barometer di atas, bisa jadi orang yang berpenghasilan dua puluh ribu
sehari dikategorikan orang kaya, sedangkan orang yang berpenghasilan dua
puluh juta sehari dikategorikan orang miskin. Pasalnya, orang pertama
merasa cukup dengan uang sedikit yang didapatkannya. Adapun orang kedua,
dia terus merasa kurang walaupun uang yang didapatkannya sangat banyak.
Bagaimana
mungkin orang yang berpenghasilan dua puluh ribu dianggap berkecukupan,
padahal ia harus menafkahi istri dan anak-anaknya?
Ya,
selain karena keberkahan yang Allah limpahkan dalam hartanya, juga
karena ukuran kecukupan menurut Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah sebagai berikut,
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa
yang melewati harinya dengan perasaan aman dalam rumahnya, sehat
badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan ia telah
memiliki dunia seisinya.” (HR. Tirmidzi; dinilai hasan oleh Al-Albani)
Kiat membangun pribadi yang qana’ah
Di
antara resep sukses membentuk jiwa yang qana’ah adalah dengan melatih
diri untuk menyadari seyakin-yakinnya bahwa rezeki hanyalah di tangan
Allah dan yang kita dapatkan telah dicatat oleh Allah Ta’ala, serta
tidak mungkin melebihi apa yang telah ditentukan-Nya, walaupun kita
pontang-panting dalam bekerja.
Allah Ta’ala mengingatkan,
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا
“Tidak ada satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin rezekinya oleh Allah.” (QS. Hud:6)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatkan,
إِنَّ
أَحَدَكُمْ لَنْ يَمُوْتَ حَتَّى يَسْتَكْمِلَ رِزْقَهُ، فَلاَ
تَسْتَبْطِئُوا الرِّزْقَ، وَاتَّقُوا اللهَ أَيُّهَا النَّاس،
وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ، خُذُوْا مَا حَلَّ وَدَعُوْا مَا حَرُمَ
“Sesungguhnya,
seseorang di antara kalian tidak akan mati kecuali setelah dia
mendapatkan seluruh rezeki (yang Allah takdirkan untuknya) secara
sempurna. Maka, janganlah kalian bersikap tidak sabaran dalam menanti
rezeki. Bertakwalah kepada Allah, wahai manusia! Carilah rezeki secara
proporsional, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR.
Al-Hakim; dari Jabir; dinilai sahih oleh Al-Albani)
Buah manis qana’ah
Sebagai
suatu karakter yang terpuji, qana’ah tentunya menumbuhkan sifat-sifat
positif lainnya, yang tidak lain adalah buah dari qana’ah itu sendiri.
Di antaranya:
Pertama: Qana’ah menjadikan seseorang tidak mudah tergiur untuk memiliki harta yang dimiliki orang lain.
Dia
merasa cukup dengan apa yang telah dimilikinya, sehingga dia selalu
hidup dalam ketenteraman dan kedamaian batin. Dia tidak pernah iri
maupun dengki dengan kelebihan nikmat yang Allah limpahkan pada orang
lain.
Karakter
istimewa inilah yang Allah rekam sebagai salah satu perangai para
sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, tatkala Dia menceritakan
kondisi mereka yang fakir,
يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاء مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُم بِسِيمَاهُمْ لاَ يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافاً
“(Orang
lain)–yang tidak tahu–menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya,
karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau (wahai
Muhammad), mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak meminta
dengan cara mendesak kepada orang lain.” (QS. Al-Baqarah:273)
Kedua: Qana’ah menempa jiwa seseorang untuk tidak mengadu tentang kesusahan hidupnya melainkan hanya kepada Allah Yang Mahakaya.
Inilah
salah satu tingkatan tawakal tertinggi, yang telah dicapai oleh para
nabiyullah. Sebagaimana yang Allah ceritakan tentang Nabi Ya’kub
‘alaihis salam,
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللّهِ
“Dia (Ya’kub) berkata, ‘Hanya kepada Allah, aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.’” (QS. Yusuf:86)
Mengapa
para kekasih Allah hanya mengadu kepada-Nya? Karena keyakinan mereka
yang begitu mendalam bahwa dunia seisinya tidak lain hanyalah kepunyaan
Allah. Lantas mengapa tidak meminta saja kepada Yang Maha Memiliki
segalanya, dan kenapa harus meminta kepada zat yang apa yang dimilikinya
tidak lain hanyalah bersumber dari Yang Maha Memiliki?
Namun,
realita berkata lain. Rata-rata, kita masih lebih suka mengetuk pintu
para makhluk sebelum mengetuk pintu Sang Khalik. Karena itulah, para
ulama mengingatkan, “Siapakah di antara kita yang meminta kebutuhannya
kepada Allah sebelum ia memintanya kepada manusia?”
Qana’ah berarti tidak bekerja dan ikhtiar?
Janganlah
dipahami dari seluruh keterangan di atas, bahwa kita tidak perlu
bekerja dengan alasan qana’ah. Sehingga, cukup duduk berpangku-tangan di
rumah, dengan dalih: kalaupun sudah saatnya hujan emas, niscaya akan
turun juga!
Qana’ah
tidaklah seperti itu, karena qana’ah maksudnya: seorang hamba bekerja
semampunya dengan tetap memperhatikan rambu-rambu syariat. Setelah itu,
berapa pun hasil yang didapatkan dari kerjanya, diterimanya dengan penuh
rasa ridha tanpa menggerutu.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan hakikat tawakal dan
korelasinya dengan ikhtiar, dalam sebuah perumpamaan yang sangat detail,
لَوْ
أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ
لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ
بِطَانًا
“Andaikan
kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, niscaya kalian akan
mendapatkan rezeki sebagaimana burung memperoleh rezeki. Dia pergi di
pagi hari dalam keadaan perut kosong, lalu pulang di sore harinya dalam
keadaan perut kenyang.” (HR. Tirmidzi, dan beliau berkomentar bahwa
hadis ini hasan sahih)
Ya,
tentunya supaya burung bisa memenuhi perutnya, ia harus “mencari
nafkah”! Dan inilah tawakal yang sebenar-benarnya; berikhtiar lalu
hasilnya serahkan pada Allah ta’ala.
Wallahu a’la wa a’lam.
Semoga bermanfaat.
Penulis: Ustadz Abdullah Zaen, Lc., M.A.
Artikel www.tunasilmu.com, dipublish ulang oleh www.muslim.or.id
Sumber — Muslim.Or.Id
Kisah Sepasang Suami Istri
Aku
membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir
sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah
benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua,
membuatku membenci suamiku sendiri.
Walaupun
menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun
membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku
terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa
kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan
finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi
suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk
putri satu-satunya mereka.
Ketika
menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal
sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah
benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu
bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya
setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku
padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua
keinginanku.
Di
rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan.
Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak
suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal
melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan
meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku
meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia
menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai
pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia
menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang
dengan teman-temanku.
Tadinya
aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku
tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan
pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai
suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya.
Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan,
dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah
kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku
mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang
sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil
lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam
akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
Waktu
berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan.
Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan
anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang
menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu,
ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku
hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang
mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan
tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan
perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.
Sebelum
ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak.
Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya
dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun
akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga
beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.
Ketika
mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke
salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam
kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang
tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan
kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun
betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di
rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak
menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang
terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan
bertanya.
“Maaf
sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil
maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau
tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan
dengan lembut.
Dengan
marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya
selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan
meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak.
“Apalagi??”
“Sayang,
aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu.
Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup
telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya
lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan
mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya
Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan
aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu
karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku
gengsi untuk berhutang dulu.
Hujan
turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera
sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga
mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah
berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering
teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku
diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum
lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam
beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri,
“selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab
pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia
memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang
dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya
menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan
bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa
pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku
menjadi pucat seputih kertas.
Entah
bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga
tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam
seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak
tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan
segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat
ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan
menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena
kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan
kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan
kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada
airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah
ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi
kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.
Ketika
jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu
menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap
wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi
dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah
ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh
perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama
kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat.
Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap
berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku
padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis
tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti,
airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam
mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti
menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang
telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.
Aku
teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir
tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang
kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi
terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen
mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku
sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak
pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak
disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie
instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia
mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak
untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak
perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan
masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari
karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi
permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau
jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.
Saat
pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat
tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu
apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan
rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan
sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka
kehilangan dirinya.
Hari-hari
yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang
selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk
bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu
memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan.
Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku
sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku
berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang,
aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang.
Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan
sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku.
Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku
terbangun dengan sosoknya di sebelahku.
Dulu
aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi
sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali.
Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi
kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku
begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku
tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap
tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu
aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja,
sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau
kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan
mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan
kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru
menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku
juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal
meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di
sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa
menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang
membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun
kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf,
meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi
padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada
suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku
sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu
banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang
selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung
mereka setelah kepergian suamiku.
Empat
puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit
dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi.
Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak
pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya
selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah
yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan
setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya
bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya.
Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya
ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun
menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh
uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah
bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja
atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan
kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi
bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali.
Semuanya selalu diatur oleh dia.
Kebingunganku
terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang
notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan
sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh
kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat
tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi
suratnya untukku.
Istriku Liliana tersayang,
Maaf
karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus
membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku
tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu
yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik
yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya
aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau
kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah
menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak
ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan
tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan
mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
Jangan
menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu
yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk
mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan
kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik
dariku.
Teruntuk
Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu.
Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku.
Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu
ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!
Aku
terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang
diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris
memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan
tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat
beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut
cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku
hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami,
sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan
cinta.
Aku
tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak
mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari
demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan
mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun
meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
Kini
kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku
menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu,
aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga
bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku
merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah
pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan
segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan
belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun
persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku
menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai
ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah
karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.
- T A M A T -
Semoga bermanfaat.
Di Balik Fenomena Facebook
Ketika perpecahan keluarga menjadi tontonan yang ditunggu dalam sebuah episode infotainment setiap hari.
Ketika aib seseorang ditunggu-tunggu ribuan mata bahkan jutaan dalam berita-berita media massa.
Ketika
seorang selebritis dengan bangga menjadikan kehamilannya di luar
pernikahan yang sah sebagai ajang sensasi yang ditunggu-tunggu …"siapa
calon bapak si jabang bayi?"
Ada
kabar yang lebih menghebohkan, lagi-lagi seorang selebrities yang belum
resmi berpisah dengan suaminya, tanpa rasa malu berlibur, berjalan
bersama pria lain, dan dengan mudahnya mengolok-olok suaminya.
Ya...mungkin
kita bisa berkata wajarlah artis, kehidupannya ya seperti itu, penuh
sensasi.Kalau perlu dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi,
aktivitasnya diberitakan dan dinikmati oleh publik.
Tapi
ternyata sekarang bukan hanya artis yang bisa seperti itu, sadar atau
tidak, ribuan orang sekarang sedang menikmati aktivitasnya apapun
diketahui orang, dikomentari orang bahkan mohon maaf …."dilecehkan" orang, dan herannya perasaan yang didapat adalah kesenangan.
Fenomena
itu bernama facebook, setiap saat para facebooker meng update statusnya
agar bisa dinikmati dan dikomentari yang lainnya. Lupa atau sengaja
hal-hal yang semestinya menjadi konsumsi internal keluarga, menjadi
kebanggaan di statusnya. Lihat saja beberapa status facebook :
Seorang wanita menuliskan “Hujan-hujan malam-malam sendirian, enaknya ngapain ya…..?”——kemudian puluhan komen bermunculan dari lelaki dan perempuan, bahkan seorang lelaki temannya menuliskan “mau ditemanin? Dijamin puas deh…”
Seorang wanita lainnya menuliskan “ Bangun tidur, badan sakit semua, biasa….habis malam jumat ya begini…” kemudian komen2 nakal bermunculan…
Ada yang menulis “ bete nih di rumah terus, mana misua jauh lagi….”, —-kemudian komen2 pelecehan bermunculan.
Ada pula yang komen di wall temannya “ eeeh ini si anu ya …., yang dulu dekat dengan si itu khan? Aduuh dicariin tuh sama si itu….” —-lupa kalau si anu sudah punya suami dan anak-anak yang manis.
Yang laki-laki tidak kalah hebat menulis statusnya " habis minum jamu nih…., ada yang mau menerima tantangan ?"—-langsung berpuluh2 komen datang.
Ada juga yang nulis “ mau tidur nih, panas banget…bakal tidur ga pake dalaman lagi nih”
Dan ribuan status-status yang numpang beken dan pengin ada komen-komen dari lainnya
Dan itu sadar atau tidak sadar dinikmati oleh indera kita, mata kita, telinga kita, bahkan pikiran kita.
Ada
yang lebih kejam dari sekedar status facebook, dan herannya seakan
hilang rasa empati dan sensitifitas dari tiap diri terhadap hal-hal yang
semestinya di tutup dan tidak perlu di tampilkan.
Seorang
wanita dengan nada guyon mengomentari foto yang baru saja di upload di
albumnya, foto-foto saat SMA dulu setelah berolah raga memakai kaos dan
celana pendek…..padahal sebagian besar yg didalam foto tersebut sudah
berjilbab.
Ada
seorang karyawati mengupload foto temannya yang sekarang sudah berubah
dari kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan islami, foto saat dulu
jahiliyah bersama teman2 prianya bergandengan dengan ceria….
Ada
pula seorang pria meng upload foto seorang wanita mantan kekasihnya
dulu yang sedang dalam kondisi sangat seronok padahal kini sang wanita
telah berkeluarga dan hidup dengan tenang
Rasanya
hilang apa yang diajarkan seseorang yang sangat dicintai Allah…., yaitu
Muhammad SAW, Rasulullah kepada umatnya. Seseorang yang sangat menjaga
kemuliaan dirinya dan keluarganya. Ingatkah ketika Rasulullah bertanya
pada Aisyah r.ha
“ Wahai Aisyah apa yang dapat saya makan pagi ini?” maka Istri tercinta, sang humairah, sang pipi merah Aisyah menjawab “ Rasul, kekasih hatiku, sesungguhnya tidak ada yang dapat kita makan pagi ini”. Rasul dengan senyum teduhnya berkata “baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini”. Tidak perlu orang tahu bahwa tidak ada makanan di rumah Rasulullah….
Ingatlah
Abdurahman bin Auf r.a mengikuti Rasulullah berhijrah dari mekah ke
madinah, ketika saudaranya menawarkannya sebagian hartanya, dan sebagian
rumahnya,
maka
Abdurahman bin auf mengatakan, tunjukan saja saya pasar. Kekurangannya
tidak membuat beliau kehilangan kemuliaan hidupnya. Bahwasanya
kehormatan menjadi salah satu indikator keimanan seseorang, sebagaimana
Rasulullah, bersabda, “Malu itu sebagian dari iman”. (Bukhari dan Muslim).
Dan fenomena di atas menjadi Tanda Besar untuk kita umat Islam, hegemoni "kesenangan semu" dan dibungkus dengan "persahabatan fatamorgana" ditampilkan dengan mudahnya celoteh dan status dalam facebook yang melindas semua tata krama tentang Malu, tentang menjaga Kehormatan Diri dan keluarga.
Dan Rasulullah SAW menegaskan dengan sindiran keras kepada kita
“Apabila kamu tidak malu maka perbuatlah apa yang kamu mau.” (Bukhari).
Arogansi
kesenangan semakin menjadi-jadi dengan tanpa merasa bersalah mengungkit
kembali aib-aib masa lalu melalui foto-foto yang tidak bermartabat yang
semestinya disimpan rapat.
Bagi
mereka para wanita yang menemukan jati dirinya, dibukakan cahayanya
oleh Allah sehingga saat di masa lalu jauh dari Allah kemudian ter
inqilabiyah – tershibghoh tercelup dan terwarnai cahaya ilahiyah,
hatinya teriris melihat masa lalunya dibuka dengan penuh senyuman, oleh
orang yang mengaku sebagai teman, sebagai sahabat.
Maka jagalah kehormatan diri, jangan tampakkan lagi aib-aib masa lalu, mudah-mudahan Allah menjaga aib-aib kita.
Maka jagalah kehormatan diri kita, simpan rapat keluh kesah kita, simpan rapat aib-aib diri, jangan bebaskan "kesenangan", "gurauan" membuat Iffah kita luntur tak berbekas.
Wallahu a'lam bi showab.
Semoga Bermanfaat.