"Dan siapakah yang lebih
baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada
Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan?" (Qs. An-Nisa : 125).
Menyerahkan diri kepada
Allah diartikan sebagai memurnikan tujuan dan amal hanya karena Allah.
Sedangkan mengerjakan kebaikan ialah mengikuti Rasulullah dan sunah
beliau. Bayak definisi yang diberikan kepada kata ikhlas, ada yang
berpendapat ikhlas artinya: membersihkan perbuatan dari perhatian makhluk. Ada juga yang mengartikan sebagai menjaga amalan dari perhatian manusia termasuk pula dari diri sendiri. Dalam Manzilus Sa'irin bahwa ikhlas diartikan sebagai membersihkan amal dari segala campuran.
Saudaraku, memang keikhlasan harus terus diperjuangkan. Niat yang ikhlas saja belum menjamin kita sampai kepada taraf kemurnian ikhlas itu sendiri.
Saudaraku, memang keikhlasan harus terus diperjuangkan. Niat yang ikhlas saja belum menjamin kita sampai kepada taraf kemurnian ikhlas itu sendiri.
Setiap hamba memiliki
kemampuan dan kemauan dalam beribadah (beramal) yang berbeda-beda.
Sedangkan nilai ibadah seorang hamba di hadapan Allah ditunjukkan dengan
keikhlasannya dalam beramal.
Ada beberapa contoh
pendekatan pemahaman (tanda) tentang kualitas ikhlas, sehingga kita bisa
mengukur diri sendiri sampai dimanakah tingkat keikhlasan kita.
- Keikhlasan hadir bila kita takut akan popularitas
Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri
berkata "Sedikit sekali kita melihat orang yang tidak menyukai
kedudukan dan jabatan. Seseorang bisa menahan diri dari makanan,
minuman, dan harta, namun ia tidak sanggup menahan diri dari iming-iming
kedudukan. Bahkan, ia tidak segan-segan merebutnya meskipun harus
menjegal kawan atau lawan." Karena itu tak heran jika para ulama Salaf
banyak menulis buku tentang larangan mencintai popularitas, jabatan, dan
riya'.
Fudhail bin Iyadh
berkata, "Jika Anda mampu untuk tidak dikenal oleh orang lain, maka
laksanakanlah. Anda tidak merugi sekiranya Anda tidak terkenal. Anda
juga tidak merugi sekiranya Anda tidak disanjung orang lain. Demikian
pula, janganlah gusar jika Anda menjadi orang yang tercela di mata
manusia, tetapi menjadi manusia terpuji dan terhormat di sisi Allah."
Kalimat itu adalah
peringatan agar dalam mengarungi kehidupan kita tidak terjebak pada
jerat ingin mendapat pujian manusia. Namun, Jika tanpa ambisi dan tanpa
meminta kita menjadi dikenal orang, itu tidak mengapa. Meskipun itu bisa
menjadi potensi malapetaka bagi orang yang lemah dan tidak siap
menghadapinya.
- Ikhlas ada saat kita mengakui bahwa diri kita sebenarnya banyak kekurangan
Orang yang ikhlas selalu
merasa dirinya memiliki banyak kekurangan. Ia merasa belum maksimal
dalam menjalankan segala kewajiban yang dibebankan Allah SWT. Karena itu
ia tidak pernah merasa ujub dengan setiap kebaikan yang dikerjakannya. Sebaliknya, ia cemas bahwa yang dilakukannya tidak diterima Allah SWT.
Aisyah r.a pernah bertanya kepada Rasulullah SAW. tentang maksud Firman Allah: "Dan
orang -orang yang mengeluarkan rezeki yang dikaruniai kepada mereka,
sedang hati mereka takut bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan
mereka." Apakah
mereka itu orang-orang yang mencuri, orang-orang yang berzina, dan para
peminum minuman keras, sedang mereka takut akan siksa dan murka Allah
'Azza wa jalla?
Rasulullah SAW.
menjawab, "Bukan, wahai Putri Abu Bakar. Mereka itu adalah orang-orang
yang rajin shalat, berpuasa, dan sering bersedekah, sementara mereka
khawatir amal mereka tidak diterima. Mereka bergegas dalam menjalankan
kebaikan dan mereka orang-orang yang berlomba." (Ahmad).
- Keikhlasan hadir ketika kita cenderung untuk menyembunyikan amal kebajikan
Orang yang tulus adalah
orang yang tidak ingin amal perbuatannya diketahui orang lain. Ibarat
pohon, mereka lebih senang menjadi akar yang tertutup tanah tapi
menghidupi keseluruhan pohon. Ibarat rumah, mereka pondasi yang
berkalang tanah namun menopang keseluruhan bangunan.
Suatu hari Umar bin
Khathab pergi ke Masjid Nabawi. Ia mendapati Mu'adz sedang menangis di
dekat makam Rasulullah SAW. Umar menegurnya, "Mengapa kau menangis?" Mu'adz
menjawab, "Aku telah mendengar hadits dari Rasulullah SAW. bahwa beliau
bersabda, "Riya' sekalipun hanya sedikit, ia termasuk syirik. Dan
barang siapa memusuhi kekasih-kekasih Allah maka ia telah menyatakan
perang terhadap Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
baik, taqwa, serta tidak dikenal. Sekalipun mereka tidak ada, mereka
tidak hilang dan sekalipun mereka ada, mereka tidak dikenal. Hati mereka
bagaikan pelita yang menerangi petunjuk. Mereka keluar dari segala
tempat yang gelap gulita." (Ibnu Majah dan Baihaqi).
- Ikhlas ada saat Anda tak masalah ditempatkan sebagai pemimpin atau prajurit
Rasulullah SAW.
melukiskan tipe orang seperti ini dengan perkataan, "Beruntunglah
seorang hamba yang memegang tali kendali kudanya di jalan Allah
sementara kepala dan tumitnya berdebu. Apabila ia bertugas menjaga
benteng pertahanan, ia benar-benar menjaganya. Dan jika ia bertugas
sebagai pemberi minuman, ia benar-benar melaksanakannya."
Itulah yang terjadi pada
diri Khalid bin Walid saat Khalifah Umar bin Khathab memberhentikannya
dari jabatan panglima perang. Khalid tidak kecewa apalagi sakit hati.
Sebab, ia berjuang bukan untuk Umar, bukan pula untuk komandan barunya
Abu Ubaidah. Khalid berjuang untuk mendapat ridha Allah SWT.
- Keikhalasan ada ketika kita mengutamakan keridhaan Allah daripada yang lain
Tidak sedikit dari kita
di bawah bayang-bayang orang lain. Kita hanya sebagai bawahan, buruh,
atau orang upahan lainnya. Maka bila pemimpin itu menuntun pada
keridhaan Allah, sungguh kita sangat beruntung. Namun apabila penguasa
itu menggunakan kekuasaannya sedemikian hingga memaksa kita bermaksiat
kepada Allah SWT. Di sinilah keikhlasan kita diuji.
- Ikhlas ada saat kita cinta dan marah karena Allah
Adalah ikhlas saat kita
menyatakan cinta dan benci, memberi atau menolak, ridha dan marah kepada
seseorang atau sesuatu karena kecintaan Kita kepada Allah dan keinginan
membela AgamaNya, bukan untuk kepentingan pribadi Kita. Sebaliknya,
Allah swt. mencela orang yang berbuat kebalikan dari itu. "Dan di antara
mereka ada orang yang mencela tentang (pembagian) zakat. Jika mereka
diberi sebagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka
tidak diberi sebagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi
marah." (Qs. At-Taubah: 58)
- Keikhalasan hadir saat sabar terhadap terjalnya jalan yang mendaki
Keikhlasan akan diuji
oleh waktu. Sepanjang hidup adalah ujian. Hanya orang-orang yang
mengharap keridhaan Allah yang sabar menempuh jalan panjang itu.
Sebagaimana firman-Nya, "dan sesungguhnya beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad) telah diperolok-olok" . (Qs. Al-An’am : 10).
Padahal seluruh Rasul dan Nabi adalah pembawa berita gembira bagi setiap umat, sungguh itu perjuangan yang panjang dan sangat melelahkan.
Padahal seluruh Rasul dan Nabi adalah pembawa berita gembira bagi setiap umat, sungguh itu perjuangan yang panjang dan sangat melelahkan.
- Ikhlas ada saat kita merasa gembira jika orang lain memiliki kelebihan
Yang paling sulit adalah
menerima orang lain memiliki kelebihan yang tidak kita miliki. Apalagi
orang itu junior kita. Hasad! Itulah sifat yang menutup keikhlasan hadir
di relung hati kita. Hanya orang yang ada sifat ikhlas dalam dirinya
yang mau memberi kesempatan kepada orang yang mempunyai kemampuan yang
memadai untuk mengambil bagian dari tanggung jawab yang dipikulnya.
Tanpa beban ia mempersilakan orang yang lebih baik dari dirinya untuk
tampil menggantikan dirinya. Tak ada rasa iri. Tak ada rasa dendam. Jika
seorang leader, orang seperti ini tidak segan-segan membagi tugas
kepada siapapun yang dianggap punya kemampuan.
- Tidak mudah kecewa
Seorang hamba Allah yang
ikhlas seharusnya meyakini benar bahwa apa yang diniatkan dengan baik
lalu terjadi suatu hal yang tidak dia niatkan, maka semuanya pasti telah
dilihat dan dinilai oleh Allah SWT.
Seorang hamba yang ikhlas sadar bahwa manusia hanya memiliki kewajiban menyempurnakan niat dan menyempurnakan ikhtiar. Perkara yang terbaik terjadi itu adalah urusan Allah. Masalah kekecewaan yang wajar adalah jika berhubungan dengan urusan dengan Allah, kecewa ketika ternyata sholatnya tidak khusyu', ibadahnya tidak meningkat dsb.nya.
Seorang hamba yang ikhlas sadar bahwa manusia hanya memiliki kewajiban menyempurnakan niat dan menyempurnakan ikhtiar. Perkara yang terbaik terjadi itu adalah urusan Allah. Masalah kekecewaan yang wajar adalah jika berhubungan dengan urusan dengan Allah, kecewa ketika ternyata sholatnya tidak khusyu', ibadahnya tidak meningkat dsb.nya.
Rasulullah SAW, pernah bersabda, "Berkaitan dengan ikhlas, aku bertanya kepada Jibril AS. Apakah ikhlas itu?"
Lalu Jibril berkata,"Aku bertanya kepada Tuhan yang Maha Suci tentang
ikhlas, apakah ikhlas itu sebenarnya?" Allah SWT yang Mahaluas
Pengetahuannya menjawab, " Ikhlas adalah suatu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-Ku yang Kucintai. (H.R Al-Qazwini)
Saudaraku, jika
menerapkan Ikhlas sudah menjadi suatu kebiasaan, maka jangan heran jika
hasil akhirnya adalah hidup yang tidak hanya penuh kedamaian dan kasih
sayang, tapi juga kemudahan dan berbagai keajaiban.
Seorang ulama ahli
hikmah berkata, "Perbaikilah amal perbuatanmu dengan ikhlas, dan
perbaikilah keikhlasanmu itu dengan perasaan bahwa tidak ada kekuatan
sendiri, bahwa semua kejadian itu hanya semata-mata karena bantuan
pertolongan Allah saja."
Semoga kita selalu mendapat pertolongan Allah untuk terus berjuang menegakkan keikhlasan.
Allahu a'lam
Semoga bermanfaat.
Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment