Hubungan dengan orang tua pada remaja,
seperti yang banyak diperoleh dari penelitian ini, menggambarkan pola
sosialisasi nilai-nilai dari orang tua kepada anaknya. Beberapa yang
panting bagi remaja adalah peran orang tua, sikap dan perilaku orang tua
terhariap anak, tugas pengasuhan, komunikasi, dan waktu bersama (mulai
dari yang terbanyak).
Peran Orang Tua
Beberapa
peran ayah dan ibu yang disebutkan, antara lain: Ayah adalah tulang
punggung pencari nafkah dan kepala keluarga, harus bertanggung jawab,
dapat menjadi figur panutan bagi sebagai pribadi, terhariap istri, anak,
keluarga, dan sosial masyarakat. Dari penelitian ini,
ditemukan bahwa kebanyakan remaja di desa yang dekat dengan kota menggambarkan ayah lebih positif (baik/terbaik, bertanggung jawab, kepala rumah tangga, pengertian dan memperhatikan). Konsep yang kurang baik lebih banyak muncul di desa yang jauh dari perkotaan, seperti bepergian, kurang perhatian, ingin menang sendiri, kampungan, kolot, kurang bertanggung jawab dan kurang fisiknya.
ditemukan bahwa kebanyakan remaja di desa yang dekat dengan kota menggambarkan ayah lebih positif (baik/terbaik, bertanggung jawab, kepala rumah tangga, pengertian dan memperhatikan). Konsep yang kurang baik lebih banyak muncul di desa yang jauh dari perkotaan, seperti bepergian, kurang perhatian, ingin menang sendiri, kampungan, kolot, kurang bertanggung jawab dan kurang fisiknya.
Peran ibu yang utama
adalah ibu rumah tangga. Ibu lebih banyak dilihat sebagai orang yang
menyayangi dan pengerban. Para ibu lebih menunjukkan kesediaannya dalam
berkomunikasi, akur, akrab, bersahabat, dan punya beberapa kesamaan
dengan anaknya. Namun ibu juga yang paling tidak disukai kecerewetannya.
Remaja juga sudah dapat melihat bahwa ibunya kurang bahkan tidak
berpendidikan. Orang tua juga dipandang sebagai sumber yang dapat
memuaskan materi yang khas untuk remaja.
Sikap dan Perilaku Orang Tua terhadap Anak
Sikap
positif yang diharapkan anak dari orang tuanya adalah kasih sayang,
pengertian. Ibu adalah orang yang banyak bekerja keras, justru ayah
diharapkan sudi membantu beberapa pekerjaan rumah. Beberapa dari mereka
juga berharap ayahnya dapat bekeda. Sikap dan perilaku yang tidak
diinginkan anak adalah marah, ngomel, mukul, terlalu mengatur, otoriter
dan egois, pilih kasih, tidak adil, rewel, masa bodoh, pelit dan
menceritakan keburukan kepada orang lain.
Tugas Pengasuhan
Remaja
melihat bahwa bimbingan orang tua masih sangat dibutuhkan, dalam bentuk
nasihat, konsultasi, dan mendiskusikan masalah-masalah anaknya. Remaja
juga berharap orang tuanya punya pemikiran yang mementingkan pendidikan
anaknya.
Komunikasi
Masalah-masalah yang
ingin dikomunikasikan dengan orang tuanya, atau yang menjadi topik
pertengkaran di rumah antara lain adalah masalah sekolah, di mana remaja
takut orang tuanya tidak mengizinkan sekolah lagi, masalah ekonomi, dan
masalah tugas sehari-hari di rumah.
Waktu Bersama
Kebanyakan
remaja berharap orang tuanya sering di rumah dan berkomunikasi, kecuali
bila orang tuanya punya sikap yang buruk. Mereka umumnya cemas bila
salah satu atau kedua orang tuanya belum pulang bekeda hingga larut
malam. Mereka mengeluh bila orang tuanya sering bepergian dan
jarang/tidak pernah di rumah.
Menurut Pikunas (1976), Sosialisasi
adalah proses belajar untuk mengenali nilai-nilai dan ekspektansi
kelompok, dan meningkatkan kemampuan untuk mengikutinya (confofm).
Tingkatan anak atau remaja sampai pada standar teman sebaya (peer group)
tergantung pada kegiatan sosial mereka. Orang tua dan teman sebaya
mempengaruhi perubahan dari anak egosentris menjadi orang dewasa yang
cakap sosial.
Dalam situasi sosial seorang
anak harus berperan tertentu pada posisi tertentu. Keterampilan
komunikasi dan berinteraksi adalah bagian penting dalam proses
sosialisasi. Mau tidak mau, disadari atau tidak, orang tua berperan dan
bertindak sebagai wakil masyarakat dan budaya.
Ini berarti mereka meneruskan etos-etos dan sifat-sifat budaya, dan sekaligus membangun tabu dan mengekang kecenderungan yang tidak sesuai dengan budaya.
Ini berarti mereka meneruskan etos-etos dan sifat-sifat budaya, dan sekaligus membangun tabu dan mengekang kecenderungan yang tidak sesuai dengan budaya.
Melalui kondisioning verbal
dan teknik-teknik pengelolaan lainnya, mayoritas orang tua memperkuat
kendaii terhariap impuls-impuls, tanggung jawab, self-direcvon, dan
atribut positif lainnya yang akan membantu anak berhubungan secara
efektif dengan orang lain. Orang tua yang terlalu permisif biasanya
merusak kemampuan penyesuaian diri anak bila mereka terlalu sering
mengizinkan anak melakukan kegiatan dengan caranya sendiri. Di kemudian
hari, bila anak menghadapi frustrasi kehidupan yang tidak dapat
dihindari, ia tidak akan siap untuk menghadapinya. Seperti halnya fungsi
lain, perubahan dari egosentris ke arah kemampuan sosialisasi, tidak
ada yang kontinu dan tidak ada yang tanpa rasa sakit. Bila tidak
dipersiapkan akan terjadi langkah regresi, yang bisa terjadi pada anak,
remaja ataupun orang dewasa.
No comments:
Post a Comment